JAKARTA
| GLOBAL SUMUT-Perkembangan dunia komunikasi yang semakin
canggih menjadi tantangan bagi keberadaan radio. Diperlukan inovasi
agar keberadaannya tetap menjadi kebutuhan sebagai salah satu sumber
informasi yang menarik dan terpercaya.
Hal
ini menjadi pertanyaan dari anggota Komisi I Supiadin Aries Saputra
dalam rapat kerja antara Komisi I dengan Direksi dan Dewan Pengawas
Radio Republik Indonesia (RRI) di Kompleks Parlemen, Selasa (23/1).
“Apakah
RRI pernah melakukan survei tentang audience share, berapa banyak
pendengar? Karena radio itu cukup penting. Dengan aktivitas lebih banyak
di luar rumah, masyarakat bisa mendapat informasi aktual dan faktual
lewat radio,” tanyanya kepada RRI.
Supiadin menyampaikan, dirinya selalu menyosialisasikan pentingnya radio dalam setiap kegiatan reses di dapilnya.
“Setiap
saya reses selalu mensosialisasikan pentingnya radio itu. Tapi
terkadang masyarakat kurang respon terhadap keberadaan radio. Sebetulnya
ini mudah, apalagi saat ini tidak perlu memiliki radio portable.
Melalui radio steraming saja, kita sudah bisa mendengar informasi dan
hiburan,” ujar Legislator dapil Jawa Barat XI ini.
Oleh sebab itu, perlu digalakkan kembali pengenalan radio ke masyarakat melalui program radio masuk desa.
“Kalau memungkinkan radio kembali menjangkau masyarakat pedesaaan, ini
bisa lewat program pembagian radio untuk rakyat. Jika ini tidak
dilakukan maka pengaruh radio hanya berpusat di daerah perkotaan saja.
Maka radio akan semakin ditinggal, masyarakat akan semakin tertarik
kepada televisi,”imbuhnya.
Dalam
hemat politisi NasDem ini, pihak RRI perlu melakukan inovasi, baik
dalam program maupun frekuensi dan wilayah siarannya. Hal ini penting
agar radio tetap menjadi penting bagi masyarakat.
“Cobalah
dipikirkan agar bagaimana radio ini menjadi semakin menarik. Kalau
tidak maka radio akan tinggal sejarah bagi masarakat pedesaan. Padahal
RRI ini beberapa dekade lalu pernah menjadi raja di hati masyarakat
Indonesia,” tuturnya.
Dalam
kesempatan itu, Supiadin juga menyoroti lahan tanah pemancar RRI di
Cimanggis, Depok. Dia mengharapkan agar lahan tersebut tetap
difungsikan untuk kepentingan RRI, diantaranya mendirikan Museum Besar
RRI. Sebagaimana diketahui, di lahan tersebut direncanakan oleh akan
didirikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
“Tanah
tersebut cukup luas lebih kurang 142 hektar. Semestinya tidak
sepenuhnya dibuat lahan UIII tetapi bisa dibagi tiga pihak, hutan kota,
RRI dan UIII. Kenapa di lahan itu tidak kita buat juga museum besar RRI,
selain museum penyiaran di Surakarta,” pungkasnya.[red]
Posting Komentar
Posting Komentar