0


MEDAN | GLOBAL SUMUT - Menurut kamu, bagaimanakah keadaan pergaulan remaja kita saat ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah menurutmu sekarang ini adalah zaman dimana yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan? Atau yang hak dilalaikan dan yang bathil dihalalkan?

Harus berapa banyak lagi para ulama kita mengatakan bahwasanya solat itu wajib? Puasa itu wajib? Membayar zakat itu wajib? Dan menutup aurat itu wajib? Harus berapa banyak lagi? Mengapa kalian sudah mengetahui hal itu tetapi tetap melanggarnya? Tidakkah kalian merasa takut kepada Allah pemilik seluruh alam ini?

Memang benar remaja itu selalu terombang-ambing dalam gejolak emosinya, bukan hanya remaja bahkan orang dewasa saja masih terombang-ambing dengan emosinya, “untuk apa aku hidup? Mengapa hidupku selalu seperti ini? Sudah pun aku berusaha, tapi mengapa masih begini-begini saja rezekinya? Kata ulam pacaran itu haram, tetapi mengapa masih banyak orang yang pacaran?” ini menandakan bahwa mereka tidak memiliki kecerdasan emosional terhadap sikap beragama. 

Kecerdasan emosional itu adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi yaitu berupa kemampuannya untuk mengenali, memahami, menghargai, mengekspresikan dan mengendalikan emosi diri sendiri maupun orang lain. Orang yang tidak memiliki kecerdasan emosi terhadap agama akan berdampak pada problem personal maupun pada sosialnya, yang dimulai dari melawan kepada orang tuanya, kekerasan sekolah berupa bullying, kriminalitas yang berupa pelecehan seksual, pemerkosaan, penggunaan narkoba, terjangkit penyakit seksual bahkan yang lebih ekstrim bunuh diri. Mengapa demikian bisa terjadi? Itu semua dapat terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman remaja terhadap agama dan remaja cenderung mencontoh orang dewasa dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya mereka mencoba bagaimana rasanya dan kufur dalam kenikmatan palsu didalamnya.

Betebaran berita di televisi maupun media sosial mengenai remaja yang bunuh diri, melakukan pelecahan seksual, bullying, pemerkosaan, bahkan penggunaan narkoba. Bukan orang dewasa, tetapi remaja yang melakukan itu, bahkan bullying dilakukan oleh kakak kelasnya sendiri sampai korban mengalami kebutaan pada matanya seperti yang terjadi di salah satu SD di Gresik pada tahun 2023 seperti yg di kutip dari portal berita (https://news.detik.com/berita/d-6934230/siswi-sd-gresik-buta-permanen-diduga-dicolok-tusuk-bakso). Selain itu ada juga 17 Siswa SMA menggunakan Narkoba di Bogor (https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/18/140000765/17-pelajar-sma-ditangkap-karena-narkoba-beli-barang-di-media-sosial).Dan Remaja 15 tahun ditemukan tewas gantung diri di apartemen Jawa Timur (https://news.detik.com/berita/d-6864252/kabar-duka-remaja-di=jaktim-bunuh-diri-ditinggalkan-selembar-kertas). 

Lihatlah bobroknya akhlak dan moral penerus bangsa kita, Kalau sudah begini siapa yang hendak disalahkan? Orang tuanya? Lingkungan sekolahnya? Atau lingkungan masyarakatnya? Atau pergaulannya antarteman yang jauh dari pandangan orang tua?.

Konflik di atas sudah seharusnya menjadi tanggungjawab semua orang dewasa. Tanggungjawab  orang tua adalah mencari lingkungan yang terbaik untuk tumbuh dan kembang anak dan memberikan ajaran agama yang baik sejak usia dini serta guru dan tokoh masyarakat wajib membantu remaja menempatkan dirinya pada posisi yang seharusnya. Semua orang harus bertanggungjawab dan memberikan contoh yang baik, karena anak-anak dan remaja akan mencontoh orang dewasa dengan memberikan pendidikan berupa penanaman akidah, pembiasaan ibadah, pendidikan seks, dan pembinaan akhlak.

1. Penanaman Akidah

Ibu adalah orang terdekat pertama bagi anak. Seorang anak sudah memiliki keterikatan secara fisik dan psikis dengan ibunya sejak dalam kandungan serta dalam aktivitas kesehariannya di rumah. Sebagaimana dikatakan “Al-Ummu Madrasah Al-Ula” madrasah pertama adalah ibu yang menanamkan norma-norma kebaikan sekaligus menjadi teladan dalam bersikap. 

Namun pada dasarnya ayah juga harus memberikan pendidikan akidah, sebagaimana pendidikan yang diberikan oleh Ayah dari Syeikh Abdul Shomad Al-Palimbani yang telah menulis banyak buku tasawuf salah satunya adalah Sairus Salikin, dikatakan pada beberapa sumber bahwa beliau banyak diberikan pendidikan akidah oleh sang ayah beliau. 

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan yang harus diberikan kepada remaja oleh orang tuanya dalam keluarga adalah hal yang berkaitan dengan keimanan, moral atau akhlak pengembangan keintelektualan dengan membekali remaja dengan ilmu pengetahuan, menjalin hubungan sosial dan menjelaskan remaja tentang persoalan yang berkenaan dengan pernikahan agar mereka tidak menjerumus pada perzinahan dan dosa.

Menurut Al-Maghribi, pendidikan yang harus diberikan kepada anak adalah hal yang berkaitan dengan ibadah yakni solat, zakat, puasa dan haji. Para remaja harus dibiasakan menutup aurat dan menjauhkan remaja dari campur baur laki-laki dan perempuan.

2. Pembiasaan Ibadah

Membiasakan anak-anak untuk beribadah itu sedari kecil, dengan sering melihat orang tuanya solat, itu akan menimbulkan dan menanamkan kedalam hatinya bahwa solat itu wajib bagi orang muslim. Orang tua punya hak untuk memukul anak yang tidak mau melaksanakan solat. Sebagaimana yang dikatakan rasulullah dalam haditsnya:

Artinya: “Biasakanlah anak-anak untuk shalat ketika usianya mencapai tujuh tahun. Jika sampai usia sembilan tahun si anak masih meninggalkan shalat, pukullah (H.R. Abu Daud).

. Rasulullah bersabda: “Amal yang pertama kali akan dihisab untuk seseorang hamba nanti pada hari kiamat ialah shalat, maka apabila shalatnya baik (lengkap), maka baiklah seluruh amalnya yang lain, dan jika shalatnya itu rusak (kurang lengkap) maka rusaklah segala amalan yang lain (H.R. Thabrani).

Jika sudah terbiasa untuk beribadah, maka teruslah belajar untuk memperbaiki solatnya agar lebih baik lagi hubungan dengam Allah.

3. Pendidikan Seks

Keutamaan seorang pendidik terletak pada tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang rasul. Abdurrahman Saleh mengkategorikan pengetahuan yang menjadi muatan materi kurikulum pendidikan islam atas tiga kategori yaitu: mata pelajaran yang dikaitkan dengan al-Quran dan hadits atau biasa dikenal dengan materi pelajaran agama, materi ilmu-ilmu kemanusiaan (al-Insaniyyah), meliputi bidang-bidang psikologi, materi ilmu-ilmu kealaman (al-Ulum al-Kauniyah), meliputi biologi, fisika, botani dan lainnya.

Disinilah letak para pendidik untuk memberikan pendidikan seks dan pencegahannya, agar para remaja tidak salah dalam menempatkan posisi yang seharusnya, bisa menjaga jarak dengan yang bukan mahromnya. 

Islam mengancam para pelaku perbuatan-perbuatan zina dengan siksa yang sangat berat. Di dalam Q.S. an-Nùr ayat 2 Allah berfirman: 

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Pada riwayat lain Rasulullah juga bersabda yang artinya: Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kalian yang telah mempunyai kemampuan (untuk menikah) maka menikahlah. Sesungguhnya pernikahan itu lebih dapat menjaga pandangan mata dan mengekang hawa nafsu. Bagi siapa yang belum memiliki kemampuan, maka berpuasalah. Sesungguhnya puasa adalah penawar baginya. (HR Bukhari).

4. Pembinaan Akhlak

Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja mengkehendaki agar setiap anak di didik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, teman sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara. 

Menurut Abdullah Nashih Ulwan bahwa pendidikan yang harus diberikan pada remaja dalam masyarakat adalah keimanan, akhlak dan norma-norma islam, dalam hal ini termasuk bagaimana para remaja menjalin hubungan yang baik dengan Yang Maha Pencipta dan dengan sesama manusia dalam hubungan sosial kemasyarakatan dengan penuh rasa penuh pesaudaraan, kasih sayang, kencintaan dan saling menghargai antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian, diharapkan para remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah Ta’ala dan mampu menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, yang biasa kita sebut dengan hablumminallah wa hablumminannas.

Perbaiki 4 perkara ini dalam hidupmu semoga tidak terjerumus dalam remaja akhir zaman:

1. Jika dirimu diuji dengan syahwat dan nafsu, maka perbaikilah solat dan puasamu.

2. Jika dirimu merasa tidak tenang dan keras hati, maka perbaikilah hubungamu dan baktilah kepada orang tuamu.

3. Jika merasa tertekan dan hidup merasa dalam kesempitan, naka perbaikilah hubunganmu dengan Al-Quran.

4. Jika merasa kurang teguh dengan kebenaran dan senantiasa gelisah, maka perhatikanlah bagaimana penerimaanmu terhadap nasihat yang diberikan kepadamu.

Terkahir, sebagai motivasi beragama yang saya dapatkan dari guru saya untuk terus beribadah kepada Allah yakni:

Orang yang melakukan perbuatan dosa/pelaku dosa menganggap bahwa Allah itu bodoh, karena mereka beranggapan Allah itu tidak melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan, padahal Allah itu Sami’un Basir, Allah itu maha mendengar lagi maha melihat yang tidak terbatas, Allah itu dapat mendengar apa yang kamu ucapkan dan apa yang terbesit dalam pikiran dan hatimu, dan Allah itu melihat apa yang kamu lakukan baik dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Kamu lelah, sakit, sedih, bahagia, takut, stress, sendirian, kehilangan, marah, overthinking, cemas, tertekan, Butuh solusi? Tenang ada Allah

قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ

Artinya: 

 "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (Q.S. At-Thaha:46)

Wallahu a’lam bissowaf

Assalamualaikum 


Penulis : Nadia Rahmi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Posting Komentar

Top