Global Sumut.com | Headline Sumatera Utara: Teknologi

<div style="text-align: justify;"></div><div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 17px; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">Tak dinyana. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi buatan Indonesia, Yaitu teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan anak bangsa. </div><div class="separator" style="background-color: white; border: 0px; clear: both; line-height: 17px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu_s2XK9dqSYw7Laj5PCuDUTQ0wBsJTdZpdM-T2eXbIz9zf1tCGw_d7hHBa7xh2SkHv5zaeQom6ZRoXHp_y4aTGY1YBD78nhJEjrXOGdKeneYnGeoPP2rPTmTQbRIX4mYxIGzf8I_Tk56k/s1600/naz1.jpg" imageanchor="1" style="background-color: transparent; border: 0px; clear: left; color: #cd1713; float: left; margin: 0px 1em 1em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img border="0" height="277" loading="lazy" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu_s2XK9dqSYw7Laj5PCuDUTQ0wBsJTdZpdM-T2eXbIz9zf1tCGw_d7hHBa7xh2SkHv5zaeQom6ZRoXHp_y4aTGY1YBD78nhJEjrXOGdKeneYnGeoPP2rPTmTQbRIX4mYxIGzf8I_Tk56k/s320-rw/naz1.jpg" style="border: 1px solid rgb(170, 170, 170); margin: 0px; max-width: 490px; outline: 0px; padding: 2px; vertical-align: baseline;" width="320" /></a></div>ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. NASA mengembangkan sistem pemindai komponen dielektrik seperti embun yang menempel di dinding luar pesawat ulang-alik yang terbuat dari bahan keramik. Zat seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan parah pada saat peluncuran karena perubahan suhu dan tekanan tinggi. <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTufe6W-Emi4y7P7VnJxthyYaRb7lPi8NPzwYIphGIbEwlwPnKywrYZ4s97OhokpbKWQ5rjKL6GXXVRnf3Y22Vd1QXxT5tgme8GnqqHmH4FJkwz544QxEAXouQOyn0SWIdZDYwsiO8Hrh1/s1600/naz2.jpg" imageanchor="1" style="background-color: white; border: 0px; clear: left; color: #cd1713; float: left; line-height: 17px; margin: 0px 1em 1em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img border="0" loading="lazy" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTufe6W-Emi4y7P7VnJxthyYaRb7lPi8NPzwYIphGIbEwlwPnKywrYZ4s97OhokpbKWQ5rjKL6GXXVRnf3Y22Vd1QXxT5tgme8GnqqHmH4FJkwz544QxEAXouQOyn0SWIdZDYwsiO8Hrh1/s1600-rw/naz2.jpg" style="border: 1px solid rgb(170, 170, 170); margin: 0px; max-width: 490px; outline: 0px; padding: 2px; vertical-align: baseline;" /></a>Adalah Warsito P. Taruno yang mengembangkan ECVT, bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.<div class="separator" style="background-color: white; border: 0px; clear: both; line-height: 17px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhLbRE-r0D4WljmwyeDyIc1WcndAovThHw4zHVDytHYT-LdTNnAKJXrbd_gGcjk1q9I7WPRCQEiUx5P0grXx1127siYpcds29q92Aqtu5WplP_ITEu5eMc8Nue8mQOR7WyZMPWRdDlVZC-/s1600/naz3.jpg" imageanchor="1" style="background-color: transparent; border: 0px; clear: right; color: #cd1713; float: right; margin: 0px 0px 1em 1em; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img border="0" height="275" loading="lazy" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhLbRE-r0D4WljmwyeDyIc1WcndAovThHw4zHVDytHYT-LdTNnAKJXrbd_gGcjk1q9I7WPRCQEiUx5P0grXx1127siYpcds29q92Aqtu5WplP_ITEu5eMc8Nue8mQOR7WyZMPWRdDlVZC-/s320-rw/naz3.jpg" style="border: 1px solid rgb(170, 170, 170); margin: 0px; max-width: 490px; outline: 0px; padding: 2px; vertical-align: baseline;" width="320" /></a></div>Tidak itu saja, Warsito melalui Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang didirikannya telah memproduksi Robot bernama Sona CT x001, sebuah Robot yang dibekali dua lengan untuk memindai tabung gas. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta. Perusahaan migas Petronas juga tertarik pada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Edwar Technology juga mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, denagn nilai US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.

NASA juga Menggunakan Teknologi Made in Indonesia

Tak dinyana. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi buatan Indonesia, Yaitu teknologi pemindai atau Electrical Capacit...

Baca selengkapnya »

Global Sumut.com | Headline Sumatera Utara

NASA juga Menggunakan Teknologi Made in Indonesia

Entri yang Diunggulkan

Rutan I Medan Ikuti Desk Evaluasi Tim Penilai Internal Zona Integritas menuju WBK/WBBM Kanwil Kemenkumham Sumatera Utara Tahun 2024

Entri Populer