0
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Komisi VI DPR menduga tidak percayanya kelompok penolak pabrik Semen Indonesia di Rembang (Semen Rembang), Jawa Tengah, sebab telah dititipi kepentingan besar oleh pesaing industri lain sejenis dari swasta.

Sikap tidak percaya itu, amat jelas menunjukkan ada aktor lain di belakang kelompok penolak Semen Rembang. Demikian diungkapkan Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana, di Jakarta, Rabu (21/12).

"Kalau yang menolak Semen Rembang sudah tidak percaya kepada tim kecil, terus mereka mau percaya dengan siapa? Apa hanya percaya kepada pemodal penolakan Semen Rembang? Mereka kan hidup di Indonesia, bukan tinggal di negara lain," ujar Azam.

Guna diketahui, beberapa waktu lalu Pemerintah Indonesia melalui Kementerian LHK, Kementerian BUMN, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kantor Staf Presiden memutuskan membentuk tim kecil sebagai solusi menyelesaikan polemik Semen Rembang.

Tim kecil akan bertugas mengkaji aspek ekonomis, hukum, sosiologis dan ekologis mengenai masa depan kelanjutan Semen Rembang. Tim kecil diminta menghasilkan studi sebelum 17 Januari 2017 dan menjadi acuan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menetapkan SK untuk Semen Rembang.

Azam mengungkapkan, kini di Jawa Tengah ada beberapa industri semen yang ingin beroperasi di sana. Seluruh industri semen tersebut merupakan milik pihak swasta.

"Kalau saya dapat kabar, katanya ada sembilan pabrik semen lain yang berminat beroperasi di Jawa Tengah. Hanya Semen Rembang itu punya negara dan jelas harus di utamakan. Melihat kondisi itu, bisa saja ada kepentingan persaingan bisnis makanya deras arus ditolaknya Semen Rembang," tutur Azam.

Azam mencontohkan, sebelum membangun pabrik di Rembang, Semen Indonesia awalnya membidik Pati sebagai lokasi industri. Keinginan itu kemudian ditolak masyarakat sehingga membuat Semen Indonesia berpindah ke Rembang.

Kendati sudah pindah lokasi, ucap Azam, kehadiran Semen Indonesia di Rembang tetap menuai protes. Padahal kabar beredar, ada industri semen lain milik swasta yang ingin beroperasi di Pati tetapi tak ditolak keberadaannya.

"Lho kenapa (pabrik semen) yang di Pati tidak ditolak sekuat Semen Rembang? Jelas kan pasti ada apa-apanya. Kalau juga ada penolakan, saya melihat amat kecil, seperti sekadar pelengkap saja. Belum lagi di daerah lain di Jawa Tengah," ujar Azam.

Padahal, Azam menuturkan, Semen Rembang sebagai industri milik negara sudah jelas banyak yang mengawasi, baik komitmennya terhadap lingkungan hidup, pajaknya, modalnya maupun kontribusi terhadap daerah beroperasi dan masyarakatnya. Hal itu membuat seharusnya tidak perlu dikhawatirkan keberadaan pabriknya.

"Kalau Semen Rembang melenceng dari komitmen, sudah pasti banyak yang menegur. Lihat pabrik semen yang di Tuban, lingkungan tetap lestari. Bisa dibandingkan dengan industri semen lain milik swasta yang mengabaikan lingkungan dan acuh pada kondisi kebutuhan air," kata Azam.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mempertemukan kedua belah pihak penolak dan pendukung pabrik Semen Rembang. Pada pertemuan itu, Gunretno selaku koordinator massa penolak menyatakan tidak percaya dengan tim kecil karena hanya motif memuluskan kelanjutan Semen Rembang.(rs)

Posting Komentar

Top