0
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Laju alih fungsi (konversi) lahan pertanian terutama sawah saat ini tak terkendali. Rerata setiap tahun telah terjadi konversi sawah mencapai 100 ribu hektar per tahun. Hal ini berbanding terbalik dengan penyediaan sawah baru oleh pemerintah yang hanya mampu mencetak 40 ribu hektar per tahun. Yang lebih parah lagi, badai konversi sebagian besar terjadi di pulau Jawa yakni sekitar 80% dari total wilayah sentra produksi pangan nasional.

“Faktanya demikian. Konversi terjadi untuk pemenuhan kebutuhan tanah residensial dan industri yang bukan pertanian,” papar Anggota Komisi IV Sulaiman L Hamzah dalam Seminar MPR bertajuk Kedaulatan Pangan Indonesia di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Kamis (01/12/2016).

Lebih lanjut politisi yang lahir di NTT ini menyampaikan, kompleksitas masalah pertanian di Indonesia bertambah dengan terjadinya penurunan kualitas lahan. Sebagian besar lahan pertanian mengalami degradasi kualitas bahkan banyak yang termasuk kategori kritis yang disebabkan pemakaian bahan kimia anorganik berlebihan.

“Bukan hanya soal semakin menyempitnya lahan pertanian, lahan yang ada juga sebagian besar dalam kondisi kritis. Hal inilah yang menjadi asbabul nuzul menurunnya produktifitas pertanian,” ungkap Sulaiman

Persoalan lahan pertanian berikutnya, dia melanjutkan, dari tahun ke tahun penguasaan lahan per petani semakin menurun. Di tahun 2012 misalnya, per petani menguasai lahan 0.22 hektar. Jumlah ini terus menyusut hingga diperkirakan sampai tahun 2050 nanti, penguasaan lahan per petani menjadi 0.18 hektar saja.

“Sebagian besar lahan petani belum bersertifikat, sehingga lahan belum bisa dijadikan sebagai jaminan memperoleh kredit perbankan,” pungkasnya.(rs)

Posting Komentar

Top