0
MEDAN | GLOBAL SUMUT - Volume dan nilai ekspor Sumatera Utara pada Januari 2017 semakin membaik atau naik dibandingkan periode sama 2016, diduga dampak dari semakin pulihnya kondisi perekonomian global.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark S Pardamean di Medan, Kamis (2/3), mengatakan, selama Januari 2017, volume ekspor Sumut mencapai 653.973 ton atau naik dari periode sama 2016 sebanyak 640.475 ton.
Selain volume, nilai ekspor Sumut pada Januari 2017 lebih besar atau 707,827 juta dolar AS, sedangkan Januari 2016 tercatat 565,624 juta dolar AS.
“Kenaikan volume dan nilai ekspor pada awal tahun 2017 menggembirakan dan berharap terus terjadi pada bulan-bulan selanjutnya sehingga devisa dari ekspor non-migas tahun ini bisa naik lagi,” katanya.
Harapan devisa lebih besar pada 2017 karena 2016, nilai ekspor juga sudah naik dari 2015. Pada 2016, nilai ekspor naik 0,12 persen dari 2015 atau mencapai 7,762 miliar dolar AS.
Peningkatan terbesar ekspor Sumatera Utara Januari 2017 terhadap Desember 2016 terjadi pada golongan berbagai produk kimia (HS 38) sebesar US$16,10 juta. Komoditi lainnya yang mengalami kenaikan adalah bahan kimia organik (HS 29) sebesar US$9,46 juta diikuti karet dan barang dari karet (HS 40) sebesar US$7,26 juta sedangkan golongan barang lain kenaikannya di bawah US$2 juta. Penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar US$47,92 juta. Komoditi lainnya yang mengalami penurunan adalah kopi, dan teh.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, me­nyebut­kan, membaiknya ekspor daerah ini dipicu beberapa faktor seperti semakin pulihnya ekonomi di berbagai negara yang berdampak pada meningkatnya per­mintaan.
Faktor lain adalah naiknya harga jual komoditas khu­susnya produk andalan Sumut yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan karet.
“Sebenarnya nilai ekspor Sumut bisa semakin besar karena permintaan dunia akan hasil laut meningkat. Sumut juga selama ini sudah dikenal sebagai pengekspor golongan barang itu khususnya ikan dan udang,” kata Wahyu yang dosen Fakultas Ekonomi Universitas Su­matera Utara (USU) [Riana Rambe]

Posting Komentar

Top