MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mengatakan,
ekonomi syariah bukanlah semata untuk umat Islam saja, tapi untuk
seluruh lapisan masyarakat.
“Ekonomi
syariah dapat menjadi katalisator dalam pengembangan perekonomian
berbasis syariah di Sumatera khususnya di Sumut. Ekonomi syariah dapat
memberikan keselarasan bagi kehidupan dunia,” ucap Tengku Erry saat
membuka secara resmi Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) 2017 ditandai
dengan pemukulan beduk di Lapangan Merdeka Medan, Jumat malam
(06/10/2017). Hadir mendampingi Gubsu, Deputi Gubernur Bank Indonesia
Dr Sugeng, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Budi Santoso, Kepala
Otoritas Jasa Keuangan Sumut, dan 13 pimpinan BI se regional Sumatera.
Dalam
kesempatan tersebut, Gubsu berterimakasih atas kepercayaan Bank
Indonesia yang memilih pelaksanaan Fesyar 2017 Regional Sumatera di Kota
Medan, Sumut. Kehadiran pimpinan BI, OJK, dan para undangan lainnya
menurut Gubsu merupakan wujud semangat yang kuat sebagai upaya
meningkatkan dan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia mengingat
potensinya yang cukup besar sebagai sumber pembiayaan kegiatan ekonomi
masyarakat. Gubsu pun mengharapkan melalui Fesyar masyarakat luas dapat
diperkenalkan dengan pengembangan sektor sosial secara Islami.
“Esensi sistem keuangan dan ekonomi syariah dipandang dapat menjadi
solusi terhadap ketidakpastian ekonomi baik global maupu domestik karena
memiliki karakter keselarasan antara sektor keuanga dan sektor real,
perluasan basis produksi, pengurangan kemiskinan, dan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif,” ujar Erry.
Dikatakan Erry, Sumut memiliki potensi besar untuk pengembangan ekonomi
syariah karena berpenduduk mayoritas beragama islam. Berdasaran data
bahwa dari total 14,1 juta penduduk Sumut 64 persen beragama Islam.
Selain
itu, Sumut juga memeliki jumlah sumber daya manusia (SDM) yang sangat
potensial untuk dikembangkan dan diarahkan menjadi sumber daya insani
penggerak pembangunan ekonomi syariah di Indonesia.
Lebih
lanjut dikatakan Erry, dalam perkembangannya saat ini ekonomi syariah
di Sumut tumbuh cukup menggembirakan meskipun pangsa pemanfaatannya
masih terbilang rendah. Tapi dengan pertumbuhan aset, kredit dan DPK
Perbankan syariah berada dalam trend yang meningkat.
“Ekonomi
syariah dapat memberikan kemaslahatan masyarakat dan berkontribusi
secara optimal bagi perekonomian di Sumut. Sama halnya dengan ekonomi
konvensional. Ekonomi syariah juga mengenal aspek makro dan mikro
ekonomi. Namun yang lebih penting bagaimana masyarakat dapat berprilaku
ekonomi secara syariah dalam prilaku konsumsi dan kedermawanan. Prilaku
bisnis para pengusaha termasuk juga dalam sasaran gerakan ekonomi
syariah,” ucap Erry.
Dari
sisi non keuangan kegiatan ekonomi syariah juga semakin berkembang. Hal
ini ditandai dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
prilaku konsumsi yang Islami. Kedermawanan juga semakin meningkat.
Hal
ini dibuktikan dengan meningkatnya dana zakat, infak,wakaf dan sedekah
yang berhasil dihimpun badan atau lembaga pengelola dana-dana tersebut,
dan pada industri syariah non keuangan seperti produk halal, wisata
syariah, fashion syariah, dan lain-lain.
“Dalam
kesempatan ini kami mengapresiasi langkah pemerintah pusat, setiap bank
di Indonesia, otoritas keuangan, pemda, SKPD dan instansi-instansi
terkait layanannya. Karena tanpa adanya koordinasi yang baik hal
tersebut tidak akan tercapai. Marilah kita tingkatkan kerjasama kita
agar Sumut lebih paten lagi kedepan,” harap Erry. Sebelumnya, Deputi
Gubernur BI Sugeng menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
tumbuh 5 persen dengan inflasi yang cukup rendah hingga September 3,72
persen. Dikatakan Sugeng, dalam tantangan global kinerja keuangan dan
ekonomi syariah memperlihatkan potensi yang besar. Dimana pada tahun
2021 nanti volume industri halal dan keuangan syariah gobal diperkirakan
mencapai 6,4 triliun dolar US.
Meskipun
pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup rendah tapi pihaknya menyakini
dengan berbagai upaya dan langkah-langkah menuju kesana akan membantu
kinerja yang lebih baik lagi. “Perkembangan di Indonesia cukup bagus
meskipun memang pangsa perbankan syariah masih kecil. Tapi meyakini
dengan kegiatan seperti insyaallah dan ekonomi syariah akan semakin
besar kedepan,” ujar Sugeng. Dikatakan Sugeng walaupun dikancah global
Indonesia menduduki peringkat 10 dalam industri keuangan syariah namun
umum Indonesia masih menjadi pasar produk halal bagi negara-negara
lain. Pada tahun 2015 pasar makanan halal Indonesia merupakan pasar
terbesar industri global yang nilainya mencapai 160 miliar Dolar US.
Sejalan dengan dimulainya implementasi UU No 33 tahun 2014 tentang
jaminan produk halal pada 2019 kondisi ini menunjukan betapa kuatnya
potensi Indonesia dalam hal produk halal.
Namun
potensi tersebut juga bisa menjadi ancaman jika produk halal tersebut
tidak dapat terpenuhi secara domestik sehingga berimplementasi terhadap
besarnya import.
“Ini
permasalahan utama yang harua segera diatasi guna mewujudkan
perekonomian yang tumbuh berkualitas dan berkesinambungan. Kami percaya
bahwa sistem ekonomi dan keuangan syariah yang didukung dengan kebijakan
dan petangkat instrumen yang dapat mendukung distribusi,sumber daya dan
kesempatan mengoptimalkan investasi yang berdaya guna mendukung
partisipasi sosial untuk kepentingan publik merupakan satu jawaban yang
tepat,” ujarnya.
Dikatakan
Sugeng, sektor-sektor keuangan syariah yaitu zakat, infak,wakaf dan
sedekah jika dioptimalkan dapat berperan sebagai mesin penggerak baru
bagi pembangunan bangsa ini baik skala daerah maupun nasional.
Sebelumnya,
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Budi Santoso mengatakan jasa
keuangan dan ekonomi syariah tumbuh mengembirakan hingga Agustus 2017
secara years on years tumbuh 53,3 persen meningkat dari bulan Juli yaitu
49,9 persen. Namun demikian pemanfaatan layanan jasa keuangan Syariah
masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari pangsa pasar
pemanfaatan layananan jasa pembayaran jasa keuangan syariah masih
relatif kecil 6,7 persen terhadap total kredit perbankan di Sumatera.
Setelah itu, dana pihak ketiga perbankan syariah di Sumatera hingga
Agustus tumbuh 71,7 persen menurun dari bulan Juli 79,8 persen dengan
tital pangsa dana pihak ketiga 8,7 persen. Sejalan dengan itu, lanjut
Budi Santoso aset perbankan sebesar 68,3 persen menurun dari bulan Juli
74,4 persen dengan pangsa aset perbankan syariah total 7,65 persen.
“Dengan besarnya potensi ekonomi syariah di Sumatera dalam beberapa
tahun kedepan angka-angka tersebut diharapkan dapat terus bertumbuh.
Upaya kita bersama untuk meningkatkan dan memajukan ekonomi Syariah,”
ujarnya.
Lebih
lanjut dikatakannya dalam upaya mendorong ekonomi syariah bank
indonesia telah secara rutin menggelar “Sharia economic forum” atau ISEF
di Surabaya sejak tahun 2014. Untuk itu dalan rangka menghadapi Road to
ISEF ke-4 yang akan diselenggarakan pada November 2017 di Surabaya, BI
Sumut diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan kegiatan festival
ekonomi syariah 2017 untuk regional Sumatera yang dilaksanakan di
Lapangan Merdeka Medan.[ulfah]
Posting Komentar
Posting Komentar