0


MEDAN | GLOBAL SUMUT- Ketua Persaudaraan Alumni Pesantren dan Madrasah Sumatera Utara Sutrisno, S. Ag.Terkait perseteruan insiden Jewer ex pelatih bilyard PON Papua, Khairudin Aritonang alias Coki oleh Pak Edy Rahmayadi Gubernur Sumatera Utara. 

" Maka kita bisa mengatakan bahwa pertama kita menghormati kehormatan pribadi saudara Coki yang mungkin merasa di permalukan atau direndahkan yang berujung kepada rasa sakit hati dan kecewa. Sebagai sifat dasar manusia saya pikir itu manusiawi dan wajar wajar saja " ujar Sutrisno yang menjabat juga sebagai Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kota medan. 

" Akan tetapi disisi lain kita juga harus memahami karakter dan ciri pribadi orang lain dalam mengartikan rasa peduli, rasa cinta atau rasa sayang seseorang dengan orang lain. Masing masing kita berbeda tentu dalam pengungkapan rasa peduli, rasa cinta atau rasa sayang tersebut atau bahkan kita masing masing kita juga berbeda dalam mengungkapkan rasa marah dan kecewa kita terhadap orang lain. 

Dari beberapa kali saya melihat video penjeweran Pak Edy kepada Coki saya tidak melihat adanya unsur marah apa lagi sampai pada tingkat sengaja membuat malu Coki. Dialektika seperti itu lazim terjadi di kota medan bahkan ada yg lebih keraspun tapi tetap biasa biasa saja, mengingat budaya medan yang supel dan pergaulan memahami betul arti setia kawan. Melihat hal ini maka saya mengamini bahwa jeweran yang di lakukan Pak Edy terhadap Coky tidak lebih dari jeweran orang tua terhadap anaknya atau jeweran seorang guru terhadap muridnya " tambah Sutrisno. 

" Dimana Pak Edy sebagai orang tua merasa nasehatnya tidak di dengarkan oleh coky sebagai anaknya. Nah bila logikanya seperti ini maka kita sebagai orang medan bahkan sebagai orang timur tidak eloklah memaksa Pak Edy di samping sebagai Gubernur juga sebagai orang tua, kita paksa untuk meminta maaf, saya pikir itu terlalu berlebihan. Apalagi sampai membawa persoalan ini ke ranah hukum. Banyak cara untuk meredakan emosi, tidak semua harus di selesasikan dengan hukum walaupun kita punya hak. Sebesar apapun kecewa kita terhadap orang tua, jiwa besar dan memaafkan adalah sikap yg paling bijak dengan tidak memaksa orang tua untuk meminta maaf. Sebagai catatan saya mengenal coki sejak dari beliau mahasiswa di UMSU, bahkan pernah beberapa kali terlibat aksi bareng dgn beliau mengkritisi kebijakan2 pemerintah baik di Provinsi Sumatera Utara atau Pemerintah Kota Medab. Saya kenal beliau anaknya baik dan sufel bergaul dan beliau setia kawan. Saya yakin beliau akan memikirkan untuk mencabut laporannya dan akan memandang Pak Edy baik sebagai Gubernur atau orang tua kita dengan pandangan kasih sayang " tutup Ketua Persaudaraan Alumni Pesantren dan Madrasah Sumatera Utara dan Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kota Medan itu.(ind)

Posting Komentar

Top