0

PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo I kembali memperoleh penghargaan atas terobosan dalam peningkatan kinerja pelayanan yaitu penghargaan Kategori Individu II “Perbaikan Turn Round Time di Pelabuhan Belawan” dari Kementerian BUMN yang diserahkan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Minggu (19/5/2013).

Pada tahun yang lalu, Pelindo I juga memperoleh penghargaan 6 (Enam) penghargaan Pelayanan Prima Sektor Transportasi dari Kementerian Perhubungan. Tahun ini, Pelindo I melalui Cabang Pelabuhan Dumai menerima Penghargaan Nihil Kecelakaan (Zero Accident Award) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia pada bulan lalu.

“Penghargaan ini diberikan kepada Pelindo I atas keberhasilan Pelindo I dalam menurunkan ‘Turn Round Time’ kapal dari 7-8 hari menjadi 2 hari di Pelabuhan Belawan khususnya Belawan International Container Terminal (BICT),” jelas M. Eriansyah, Humas Pelindo I, Selasa (22/05/2013).

Eriansyah menjelaskan bahwa Turn Round Time atau Total Waktu Kapal di Pelabuhan kondisi sebelumnya per kapal dapat mencapai 7-8 hari dengan produktivitas bongkar muat berkisar 18 box/crane/hour (B/C/H). Hal ini disebabkan karena panjang dermaga yang kurang (hanya 850 M dengan alat bongkar muat (container crane) hanya sebanyak 6 unit ditambah lagi Sispro yang tidak menggunakan windows system dan tidak menerapkan jaminan pelayanan bagi pelanggan. Dampaknya, lamanya waktu pelayanan kapal di pelabuhan membuat biaya tinggi logistik yang tinggi, Sehingga produk-produk dari Sumatera Utara bisa menjadi mahal dan kurang competitif.

Kemudian pada tahun 2010 Manajemen Pelindo I melakukan terobosan perbaikan kinerja pelayanan, yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahap/program, dimulai tahun 2010 hingga 2015. Pada tahap pertama, disebut Urgent Program (2010-2012) yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas dan Kapasitas Pelabuhan. Implementasi dari tahap pertama adalah perpanjangan Dermaga 100 meter, perluasan Container Yard (CY) 6000 m2, penambahan peralatan bongkar muat seperti Container Crane (CC) sebanyak 5 (lima) unit, Harbour Mobile Crane (HMC) sebanyak 2 (dua) unit, Rubber Tire Gantry (RTG) sebanyak 15 (lima belas) unit.

Menerapkan Sispro dengan menggunakan Window System, penerapan Service Level Agreement/Service Level Guarantee, serta pemasangan Moveable Fence antar terminal internasional dan domestik. Terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM), dengan menambah SDM operator dan menerapkan sistem insentif produksi.

“Urgent program ini telah meningkatkan kapasitas terminal dan produktivitas bongkar muat sehingga menurunkan Turn Round Time (TMT) kapal, meningkatkan kapasitas terminal dari 800.000 Teus menjadi 1.200.000 Teus, dan meningkatkan produktivitas dari 18 box/crane/hour (B/C/H) menjadi 25 box/crane/hour (B/C/H) sehingga menurunkan biaya logistik,” kata Eriansyah.

Untuk tahap kedua, disebut Optimalization Program (2013-2014) yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas dan peningkatan kualitas layanan dari Panamax size menjadi Post Panamax Size. Programnya dibagi dalam 2 (dua) paket, paket pertama adalah penambahan Dermaga 350 m dan CY 15 Ha, CC 4 Unit dan TT 12 Unit dan paket kedua adalah penambahan Dermaga sepanjang 350 m dan CY seluas 15 Ha, CC sebanyak 4 (empat) unit dan TT sebanyak 12 (dua belas) unit.




“Progresnya sampai saat ini adalah program ini telah diakomodasi dalam RKAP Pelindo I tahun 2013, Master Plan telah mendapat pengesahan Menteri Perhubungan, Engineering Design telah diselesaikan, telah ada surat persetujuan prinsip Menteri Perhubungan dan Konsesi dalam tahap pembahasan dan negosiasi dengan pihak Kementerian Perhubungan,” tambah Eriansyah.

Tahap ketiga, disebut Expansion Program (2013-2015) yang bertujuan untuk membangun Indonesia Hub Container Port di Pelabuhan Kuala Tanjung. Program ini terbagi dalam dalam 21 modul, setiap modul terdiri dari pembangunan Dermaga sepanjang 1000 m’ dengan kedalaman 17 m’ LWS, pembangunan Container Yard (CY) seluas 40 Ha, pengadaan Container Crane (Post Panamax Size ) sebanyak 10 (sepuluh) unit, dan Transtainer (one over six) sebanyak 30 (tiga puluh) unit.

Progres sampai saat ini, Master Plan telah disahkan oleh Kementerian Perhubungan, Engineering design (DED) telah selesai dan Amdal dalam proses pengesahan Menteri KLH,” jelas Eriansyah.

Pelabuhan merupakan mata rantai utama sistem logistik nasional yang memiliki peran strategis dalam mendukung kelancaran arus barang/produk dan mempengaruhi harga jual sebuah produk. Untuk itu diharapkan pengelolaan pelabuhan semakin efisien agar produk yang melewati pelabuhan tersebut semakin kompetitif.

“Dengan menurunnya Waktu Kapal (Turn Round Time) di pelabuhan, produktivitas dan kapasitas meningkat, otomatis ada penghematan dalam pengiriman barang sehingga dapat menurunkan biaya logistik. Alhasil, harga dari produk daerah hinterland semakin kompetitif terutama hinterland kami Sumatera,” kata Eriansyah.
Untuk diketahui, bahwa kondisi Logistik di Indonesia pada pertengahan tahun lalu, Bank Dunia merilis data Logistic Performance Index (LPI) 2012 yang menyatakan bahwa Indonesia naik peringkat dari posisi 75 di tahun 2010 menjadi posisi 59 di tahun 2012. Naiknya peringkat ini mengindikasikan mulai membaiknya kinerja pelabuhan-pelabuhan di Indonesia

Posting Komentar

Top