JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Banyak perguruan tinggi yang tidak
memiliki standar sesuai ketentuan alias abal-abal namun mendapatkan
akreditasi dari Dikti. Perguruan tinggi juga banyak yang tidak mengikuti
proses pelajaran yang benar bahkan terkadang tidak ada mahasiswanya.
"Standar
Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) ini seperti apa sih sebenarnya.
Kedudukan evaluasi perguruan tinggi sekarang itu ada dimana," ujar
anggota Komisi X Yayuk Sri Rahayuningsih saat Rapat Dengar Pendapat
(RDP) dengan para pejabat Dikti di ruang rapat Komisi X DPR RI, Gedung
Nusantara I, Rabu (31/5).
Dia
mengutarakan, banyak perguruan tinggi seperti hidup segan mati tak mau.
"Mahasiswanya tidak ada atau sedikit, rasio antara mahasiswa dan
dosennya juga tidak tepat tapi terakreditasi B.Seharusnya ini menjadi
evaluasi sesuai dengan standar yang dibuat," tegasnya.
Yayuk
menandaskan, dari 4.486 kampus yang terdata, seharusnya dapat menjadi
klasifikasi standar atau tumpuan Dikti untuk menilai dan melihat apakah
betul sebuah perguruan tinggi layak mendapatkan akreditasi.
"Saya
ingin tahu, dalam evaluasi akreditasi itu Dikti bersama BAN-PT, LAM-PT
atau juga masyarakat dilibatkan ga. Jangan tumpang tindih, karena
standar SNPT itu kan dibuat bersama-sama stakeholder terkait. Itu juga
untuk menepis juga anggapan negatif terhadap Dikti," tegasnya lagi.
Yayuk
menekankan, Dikti harus petakan perguruan tinggi mana yang sudah
terevaluasi dan mana yang belum. Harus dilihat juga hasil evaluasi
pembinaannya seperti apa, mana yang perguruan tinggi yang harus ditutup
dan mana yang tidak, serta rasio kebutuhan di tiga puluh empat provinsi
yang ada.
"Jangan hanya soal perguruan tinggi di luar Jawa kalah dengan yang di Jawa," imbuhnya.
Perkara
lain yang disampaikan Yuyuk adalah soal perguruan tinggi negeri yang
tersaingi oleh kampus-kampus swasta. Dia melihat,beberapa kampus negeri
saat ini kalah pamor dengan kampus-kampus swasta. Padahal kampus negeri
adalah tanggung jawab utama negara untuk memajukannya," pungkasnya.[rs]
Posting Komentar
Posting Komentar