0
Anggota Komisi X DPR RI Rano Karno saat Komisi X DPR RI menggelar rapat dengar pendapat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua DPRD DKI Jakarta M. Prasetyo di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (27/2/2020). 
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Kemelut revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, sebetulnya bisa diakhiri dengan membuka komunikasi. Inilah yang menjadi titik krusial menyudahi persoalan revitalisasi TIM. Selama ini antara Gubernur DKI Jakarta, DPRD Jakarta, dan komunitas seniman seperti terhambat dalam menjalin komunikasi.

Demikian mengemuka saat Komisi X DPR RI menggelar rapat dengar pendapat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua DPRD DKI Jakarta M. Prasetyo di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (27/2/2020). Anggota Komisi X DPR RI Rano Karno menegaskan, sebetulnya persoalan ini tidak perlu sampai ke DPR RI, cukup diselesaikan sampai tingkat DPRD. Tapi karena ada persoalan komunikasi yang mandeg, akhirnya persoalan ini sampai ke Komisi X DPR RI.

 “Bukan tidak boleh persoalan ini sampai ke DPR, tapi ini cukup sampai DPRD. Ada apa? Saya sepakat dengan Ketua DPRD mungkin soal komunikasi yang tidak berjalan. Pak Gubernur, saya masih mewakili sebagai seorang seniman, berterima kasih karena hampir 57 tahun TIM, Anda buat baik kembali. Tapi, kita mungkin alfa sejarah, TIM diserahkan tahun 1968 dan dikelola oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ),” ungkap Rano.

Sebelumnya pada 17 Februari lalu, Komisi X DPR RI kedatangan Forum Seniman Peduli TIM yang tidak setuju dengan revitalisasi. Tapi persoalannya, menurut Rano bukan setuju atau tidak setuju dengan revitalisasi, melainkan komunikasi satu sama lain tidak berjalan lancar. Prinsipnya, para seniman setuju saja dengan revitalisasi. Namun, para seniman itu kemudian bertanya-tanya, setelah revitalisasi ini di mana mereka akan ditempatkan. Inilah yang bekum terkomunikasikan dengan baik.

“Prinsipnya para seniman setuju revitalisasi. Mereka bertanya, setelah itu kami di mana. Apakah masih dalam pengelolaan, karena kalender kegiatan kesenian pasti swasta sulit mengaturnya. Banyak seniman tentu banyak keinginannya. Setelah hari ini saya yakin komunikasi akan terjalin terus,” kritisi politisi PDI Perjuangan itu dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda itu.

Ia kemudian mengenang saat masih berkiprah di TIM. Ketika kecil dulu pernah bergabung dengan Teater Kayana. “Kalau kita main di sana, kursinya saja sudah banyak debu daripada kainnya dan sound system jelek. Memang sudah harus revitalisasi. Cuma persoalannya tinggal komunikasi,” imbuh pemeran si Doel dalam serial Si Doel Anak Sekolahan. Ke depan, setelah direvitalisasi, pengelolaan konten TIM dipegang Dinas Kebudayaan dan DKJ.[red]

Posting Komentar

Top