0
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Pemerintah melalui Kementerian BUMN berencana akan menutup sembilan pabrik gula di Jawa Timur yang dikelola BUMN. Menteri BUMN Rini Soermano menyebutkan, pabrik gula yang akan ditutup merupakan pabrik yang sudah berusia 100 tahun dan dinilai sudah tidak efisien.

Menanggapi hal tersebut, angggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Slamet Junaidi mengatakan keberatannya. Dia beralasan, dampak yang akan ditimbulkan adalah hilangnya pekerjaan 1,7 juta orang.

“Saya kira perlu dikaji dan dipikir secara matang keinginan tersebut. Menteri BUMN  harus berpikir realistis dampak yang besar ke depannya, terutama bagi kehidupan para petani tebu yang di sana. Jadi tidak hanya persoalan upaya efisien dan produktivitas BUMN saja," kata Slamet saat dihubungi, Kamis, (19/1).

Jika dampak tersebut tidak dicermati, Slamet menilai rencana Kementerian BUMN itu sangat kontraproduktif dan tidak sejalan dengan apa yang terkandung dengan semangat Nawa Cita pemerintahan Jokowi-JK dalam sektor pertanian.

Apalagi, dia menambahkan, komoditas gula merupakan salah satu komoditas bahan pokok startegis bagi Indonesia. Komoditas ini sangat penting terutama untuk memenuhi kebutuhan  kalori masyarakat Indonesia maupun Industri makanan dan minuman.

“Oh, jelas! Dengan adanya penutupan pabrik-pabrik gula itu sangat merugikan para petani tebu di sekitar pabrik dong. Pabriknya ada saja kadang hasil tebu dari petani dihargai dengan harga rendah dan tidak dapat tertampung, apa lagi jika lagi pabrik-pabrik gula itu tidak ada. Ini  sama saja dengan secara tidak langsung mematikan sumber penghasilan mereka yang telah berpuluh-puluh tahun bergantung pada bertani tebu”, tutur anggota Panja Gula DPR RI itu.

Semestinya, menurut legislator Jawa Timur XI ini, langkah yang diambil bukanlah dengan serta merta menutup pabrik-pabrik gula itu. Ada upaya lain yang masih bisa dilakukan yakni melakukan peremajaan mesin-mesin pengolahan tebu. Selain itu, penyuluhan intens kepada  petani agar bisa menghasilkan rendemen gula yang tinggi.

“Jangan langsung tutup pabrik, sebelum berdirinya pabrik baru yang bisa menampung dan menyerap hasil tebu dari para petani. Tentu kita ingin agar kualitas gula kita bisa bernilai tinggi. Karena, diakui rendemen gula yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik gula tersebut masih dikisaran 6-7 %. Maka perlu dibangun pabrik baru yang bisa menghasilkan rendemen sebesar-besar 9-11 % atau bahkan menyamai hasil rendemen  pabrik gula di Thailand kisaran 14%. Pada intinya, kita (komisi VI) tidak ingin penutupan pabrik gula tersebut malah menghilangkan mata pencaharian dan merugikan para petani tebu, ” paparnya.

Sebelumnya, Kementerian BUMN berencana akan menutup sembilan pabrik gula  (PG). Tiga PG di wilayah PT Perkebunan Nusan­tara (PTPN) X Persero, yakni PG Watoetoelis, PG Toelangan, dan PG Meritjaan. Serta enam PG di wilayah PTPN XI Persero, yaitu PG Poerwodadie, PG Redjosarie, PG Kanigoro, PG Wringinanom, PG Olean, dan PG Pandjie.[rs/red/gbs]

Posting Komentar

Top