0
Sulaiman L Hamzah, Anggota Komisi IV DPR-RI
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Anggota Komisi IV DPR Sulaiman L Hamzah mengungkapkan suka citanya ketika mendengar informasi harga daging sapi eceran di toko ritel per tanggal 10 April 2017 dengan harga tertinggi Rp 80 ribu. Menurutnya, langkah tersebut merupakan prestasi yang luar biasa dari Kementerian Perdagangan yang mampu menciptakan stabilitas harga di pasaran. Selain Daging, dua komoditas lainnya yang ditetapkan harga eceran tertingginya oleh Kemendag adalah gula sebesar Rp 12.500 per kg, minyak goreng kemasan sederhana Rp 11 ribu per liter.

Pembahasan melonjaknya daging sapi, menurut politisi asli Papua tersebut, selalu saja menjadi topik panas di DPR terutama juga di Komisi IV, terutama jelang Idul Fitri. Ia berujar sering menekan pemerintah untuk menstabilkan harga daging.

“Ini langkah besar, tinggal PR nya dari pemerintah kan menstabilkan juga harga daging di pasar tradisional,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya Kompleks Parlemen, Kamis (06/04).

Dalam hitung-hitungan bisnis, dia melanjutkan, para feedloter atau distributor daging sapi sudah meraup untung dengan harga yang sudah ditetapkan oleh Kemendag meski tidak sebesar biasanya. Pemerintah dalam hal ini hanya perlu mengetahui lini bisnis niaga daging sapi, sehingga  diketahui margin profit yang menguntungkan pengusaha dan harga yang ekonomis menguntungkan masyarakat.

Peran pemerintah sebagai regulator dan penegak aturan sangat besar dalam menstabilkan harga, sehingga pengusaha tidak sembarangan menentukan harga dengan cara-cara yang curang. Sulaiman berharap harga daging sapi bisa bertahan setidaknya sampai saat Hari Raya Idul Fitri.

Menurut Sulaiman, stabilitas harga berbagai komoditas setidaknya akan berpengaruh pada pengendalian inflasi yang kerap mengganjal pertumbuhan ekonomi baik di daerah maupun secara nasional. Cabai dan kedelai adalah contoh dua komoditas yang harganya kerap fluktuatif, dan seringkali kenaikannya diluar kendali.

Kondisi ini mendorong Komisi IV untuk terus mengingatkan pemerintah agar stabilitas berbagai komoditas terkendali. Untuk kasus kenaikan harga kedelai yang tiap tahun kerap naik, Sulaiman menyebutkan betapa seringnya ia dan rekan kerjanya mendesak pemerintah melakukan inovasi di bidang pertanian. Hal ini didasarkan pada rumitnya proses bertani kacang kedelai, ditambah harga jual kedelai yang tidak begitu menguntungkan.

“Tentu upaya Kemendag sangat diapresiasi karena bisa jadi solusi bagi kenaikan harga daging yang merugikan masyarakat. tapi juga pemerintah harus memperhatikan juga adalah komoditas lainnya,” ungkapnya.

Dalam hematnya, Kementerian Pertanian harus mencari cara yang terbaik dan tercepat dalam rangka swasembada kedelai. Setiap tahunnya kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2 juta ton, sedangkan realisasi produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan nasional sebesar 60%.

“Ironi itu ketika negeri tempe yang tak mampu mencukupi kebutuhan dalam negerinya sendiri. Harus dicari solusinya ini,” pungkasnya.[rs]

Posting Komentar

Top