MEDAN
| GLOBAL SUMUT-Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi
menghadiri pengukuhan DPP IKA KNPI Sumatera Utara di Hotel Polonia
Medan, Sabtu (24/2/2018) malam.
Pengukuhan
para alumni KNPI tersebut ditandai dengan orasi kebangsaan serta
penobatan mantan Gubsu Datok Sri Syamsul Arifin sebagai Wali Rakyat.
Hadir
juga disitu Ketua DPRD Sumut Wagirin Arman, anggota DPD RI Dedi
Iskandar Batubara, mantan Ketua Umum KNPI Didit Hariadi, para alumni
KNPI Sumut antara lain Rolel Harahap, Bahdin Nur Tanjung, Yasir Ridho
dan Firdaus Nasution.
Dalam
kesempatan itu, Syamsul Arifin mengajak seluruh mantan kader untuk ikut
bekerja menjadikan provinsi ini maju dan diperhitungkan. Sebab
menurutnya tidak ada pengabdian yang pensiun, meskipun tidak lagi duduk
di organisasi kepemudaan tersebut. Apalagi katanya, banyak tokoh yang
menduduki posisi penting hingga menteri seperti Boomer Pasaribu.
“Karena
urusan rakyat ini tidak banyak, pertama tidak lapar, tidak bodoh dan
tidak miskin dan dia punya masa depan. Apa yang dibuat Pak Tengku Erry
sudah mantap. Makanya kita mau lihat siapa yang mampu membuat
(melanjutkan),” katanya.
Atas
prestasi yang telah banyak ditorehkan Erry selama kepemimpinan sebagai
Gubernur, Syamsul pun mengajak seluruh hadirin untuk mendoakan orang
nomor satu di Sumut itu menjadi Menteri. Dirinya melihat semangat besar
mantan Bupati Sergai tersebut untuk terus membangun provinsi yang
terdiri dari 33 kabupaten/kota ini.
“Saran
saya, beliau ini diberi gelar pada Milad KNPI nanti. Kalau kami dari
MABMI akan adakan syukuran. Apalagi beliau mengantarkan Pilkada Sumut
ini dengan baik,” ucap Syamsul.
Begitu
juga dengan tahun politik saat ini, Syamsul bergelar Datuk Sri
Lelawangasa ini juga meminta semua pihak khususnya tokoh-tokoh alumni
KNPI untuk bersama menjadikan Pilgub 2018 di Sumut lebih baik. Tidak
menimbulkan konflik apalagi berbau SARA. Sebab banyak bangsa yang
menginginkan Indonesia terpecah belah, terlebih Sumut salah miniatur
Indonesia.
‘’Saya
bicara Pilkada, kita harus selalu mengimbau masyarakat untuk ikut
Pilkada. Saya berdoa supaya minimal 60 persen rakyat (pemilih) datang ke
TPS,” sebutnya.
Gubsu
HT Erry Nuradi dalam sambutannya mengatakan bahwa pertemuan
sialturrahim tokoh-tokoh alumni Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Sumatera Utara lintas generasi merupakan kegiatan yang dinantikan. Hal
ini selain untuk mempererat hubungan sesama mantan kader, juga sebagai
bentuk refleksi atas perkembangan dinamika bangsa.
“Sekarang
ini banyak yang membagi bahwa dahulu adalah zaman old, dan sekarang
zaman now. Kalau teknologi secara fisik, mungkin zaman nenek moyang kita
dulu juga tidak kalah. Coba lihat Candi Borobudur, yang sekarang belum
tentu kita bisa buat. Jadi yang membedakannya adalah teknologi informasi
yang kini berkembang pesat, orang tidak perlu kesana kemari untuk bisa
mendapatkan sesuatu, cukup pesan melalui smartphone, itulah bedanya,”
ujar Erry.
Namun
menurutnya, sebagian bangsa yang besar, masyarakat tidak boleh
melupakan sejarah para pendahulu yang telah membangun Negara ini hingga
bisa menjadi seperti saat ini. Karena itu pula, kemajuan yang ada, harus
tetap memegang nilai dan norma dalam setiap aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara.
“Jangan
lupa, kita ada hari ini karena pendahulu kita. Jangan cepat melupakan.
Karena itu pula, sebagai penghargaan, beberapa ruangan di Pemprov Sumut
saat ini ditandai dengan nama-nama mantan Gubernur Sumut, seperti nama
ruang pertemuan Pak Syamsul Arifin,” kata Gubernur.
Selain
itu, Gubernur juga berharap agar Sumut di masa mendatang bisa lebih
baik dari sekarang. Tentunya, apa yang telah dikerjakan selama ini, jika
bernilai baik, dapat dipertahankan dan dilanjutkan. Namun juga masih
kurang, maka diperbaiki. “Tidak perlu menjelekkan dan menjatuhkan,” ucap
Erry.
Sedangkan
orasi dari mantan Ketua Umum KNPI, Didit Hariadi mengisyaratkan betapa
pentingnya memperhatikan perkembangan generasi muda saat ini. Sebab
menurutnya, secara tidak langsung generasi Indonesia dibagi menjadi tiga
waktu, Pertama, generasi X yang lahir antara 1965-1980, dimana
kehidupan di masa itu penuh keteraturan.
Selanjutnya
generasi Y, kata Didit, yang lahir antara 1980-1995 atau generasi
Milenia. Masa ini mulai dipengaruhi globalisasi, ideologi luar dan mulai
ada identifikasi diri. Serta yang terakhir adalah generasi Z, yang
lahir antara 1995-2012 yang harus diwaspadai. Sebab disatu sisi ada
potensi membangun bangsa yang besar sekaligus juga bisa menghancurkan.
“Dulu
kita tidak pernah tanya suku dan agamanya apa, semua satu, pemuda
Indonesia, dibentuk dalam satu kesatuan. Tetapi sekarang, zaman serba
digital. Jadi kita harus keras membimbingnya. Karena mereka kuasai
teknologi, terbuka dan tidak mengindahkan norma,” sebutnya. Untuk itu
Didit meminta seluruh Alumni (IKA) KNPI bertugas untuk menjaga nilai
kebangsaan. Karena menurutnya, belakang ini orang tidak lagi bicara
cinta tanah air, membangun bagaimana masyarakat maju, paham kebangsaan
dan semangat. “Ini harus menjadi keprihatinan kita, karena generasi baru
ini adalah tajam, kalau tidak kita jaga, maka akan jadi kaum ‘onta’,
otak nihil tanpa akal,” katanya.[ulfah]
Posting Komentar
Posting Komentar