0
BATU BARA | GLOBAL SUMUT-Kaum perempuan merupakan subjek yang dapat dikembangkan potensinya dalam rangka meningkatkan peran dan tanggungjawab dalam pembangunan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan. 

Pemberdayaan perempuan merupakan hal penting yang layak bagi seluruh lapisana masyarakat Organisasi yang memberdayakan kaum perempuan adalah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 

Pada saat ini desa Barung-Barung sudah terdapat kelompok PKK yang diketuai oleh ibu Kepala Desa. Selama ini kegiatan kelompok PKK di desa Barung-Barung hanya meliputi kegiatan arisan, dan pertemuan-pertemuan rutinitas saja, hal ini berdampak pada rasa bosan bagi anggotanya. Sehingga berdampak pada surutnya jumlah anggotan yang aktif di kelompok PKK. 


Melihat kondisi ini kepala desa Barung-Barung Bapak Ilyas Efendi mengungkapkan bahwa, Desa serius untuk melakukan pemberdayaan bagi kaum wanita yang ada di desanya tersebut. Bentuk Keseriusanya dapat dilihat antara lain  telah mengalokasikan anggaran bersumber dari dana desa untuk memberdayakan kaum perempuan di Desanya. 

“Sasaran aparat pemerintahan adalah meningkatkan pembangunan pedesaan yang juga diperlukan pada rumah tangga pedesaan meliputi segala kegiatan anggotanya, sumber penghasilan dan berbagai masalah yang dihadapi oleh perempuan desa dengan memberikan kegiatan-kegiatan dalam kelompok seperti memberi keterampilan di desa. Pemberian keterampilan seperti menjahit busana dan membordir dapat memberikan bekal wawasan yang lebih luas bagi perempuan. Keterampilan yang dimiliki perempuan dapat dikembangkan menjadi sebuah usaha rumah tangga khususnya di desa”, Ungkapnya. 

Lanjut Kades Ilyas, Dana tersebut sudah dimanfaatkan untuk membeli 3 buah mesin bordir, dengan harapan dapat membangun kreativitas perempuan serta upaya peningkatan perekonomian. Dengan adanya mesin bordir tersebut maka kegiatan Kelompok PKK diaktifkan kembali. 


Anggota melakukan latihan membordir dengan tutorial seorang anggota yang telah mampu membordir yang sederhana. 

Tetapi kegiatan tersebut hanya berlangsung dalam waktu sebentar saja. 

Hal ini tersebut menyebabkan anggota kelompok PKK merasa kegiatan tidak efektif karena mesin jahit tidak sebanding jumlahnya dengan anggota kelompok Serta kerajinan yang di buat tidak ada nilai inovasi dan kreasinya hanya sebatas model yang telah dibuat secara turun menurun.

 “ Melihat kondisi  perkembangan Kerajinan ini saya cukup senang, akan tetapi saya tidak puas karena harus ada inovasi yang di kembangkan agar kebudayaan ini dapat maju dan bersaing dengan produk-produk sejenis, Oleh karena itu kami gandenglah pakar di bidang tata busana dari Unimed yang secara kebetulan juga melakukan pendampingan di desa in. dan dampaknya selain memiliki modal semangat kreasi dan inovasi modrenitas kain songket dapat terlihat dan tidak hanya itu,limbah songket yang selama ini terbuang dapat bermanfaat menjadi asesoris yang memiliki nilai ekonomis”, papar kepala desa inovatif di kabupaten Batubara tersebut. 

Menanggapi hal tersebut Ketua Program Kemitraan Dra. Halida Hanim, M.Pd di dampingi anggota Tim Dra. Armaini Rambe, M.Si. Fauziah Agustini, SE., MBA. Mengungkapkan bahwa, potensi yang ada di Kabupaten Batu Bara sebagai penghasil songket terbesar di Sumatera Utara merupakan sebuah modal dasar untuk mengembangkan produk tersebut menjadi komuditi produk unggulan daerah. 

“Songket Batubara merupakan bagian dari warisan budaya melayu yang harus tetap lestari, akan tetapi apabila tidak di kombinasikan dengan daya kreasi dan Inovasi akan menjadi produk yang dilupakan oleh masyarakat modren karena tidak ada variasi bentuk yang kekinian. 

Oleh karena itu kita sedikit meberikan warna kreadi pada produk dan olahan limbah sehingga menjadi produk yang diminati masyarakat”, pungkas dosen teknik Universitas Negeri Medan tersebut Tambah beliau lagi, Program Kementerian Riset Dikti yang dilaksanakan oleh dosen Unimed akan melakukan pendampingan terhadap kerajinan sehingga benar-benar Batu bara sebagai sentra kain songket sehingga menjadi produk unggulan daerah. 

“ Target kita untuk mengembangkan Songket melayu menjadi tuan di negeri sendiri, sinergis dengan program kabupaten Batubara, tinggal memberikan keyakinan kepada ibu rumahtangga bahwa hasil dari menenun songket dapat menjadi mata pencarian sembari melihat potensi pasar yang begitu terbuka dimana sepanjang pesisir pantai timur puak melayu mendominasi, Sehingga peluang pasar semangkin terbuka lebar di tambah kreasi dan inovasi sehingga menjadi bagian kebutuhan sandang yang di perhitungkan”, papar beliau.[red]

Posting Komentar

Top