0
JAKARTA | GLOBAL SUMUT-Paham radikalisme yang terus bereproduksi, menjadi ancaman serius terhadap keamanan nasional. Indonesia yang dibangun di atas perbedaan dan keberagaman bisa berubah menjadi perpecahan antar suku dan agama. Ini karena paham radikalisme menghendaki penguasaan Negara atas dasar sektarianisme semata dan dengan menghalalkan segala cara termasuk kekerasan dan teror.

“Untuk itu perlu penanaman deradikalisasi sebagai ketahanan bangsa melalui pendekatan interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama, dan sosial-budaya bagi mereka yang dipengaruhi atau terekspos paham radikal atau pro kekerasan,” demikian papar anggota MPR Fadholi dalam Seminar Nasional bertajuk Deradikalisasi di Indonesia sebagai Ketahanan Bangsa di Ballroom Hotel RedTop Jakarta, Selasa (29/11).

Politisi NasDem tersebut menjelaskan, dalam konteks Indonesia, dalam kurun waktu antara 1962 hingga 2012, tercatat puluhan kali aksi peledakan bom. Dari sekian peristiwa tersebut, motif yang bernuansa agama memang tak bisa dipungkiri. Namun demikian, motif politik dan kepentingan intelijen justru yang paling banyak terkuak, selain motif kriminal murni.

“Aksi teror bom di Jalan Thamrin, Jakarta, berhasil diatasi Polri dalam waktu sangat singkat. Meskipun demikian, banyak pihak kembali menyoroti gagalnya intelijen mengantisipasi terjadinya terorisme,” tambahnya.

Menurut Fadholi, terdapat beberapa strategi mengatasi radikalisme di Indonesia. Pertama, gerakan kebudayaan. Gerakan ini bertumpu pada pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini penting terutama bagi para generasi muda. “Kebebasan berpikir dan berekspresi  harus bertumpu pada semangat ini. Semangat kebudayaan, eksplorasi pemikiran yang berkelanjutan,” imbuhnya.

Strategi kedua adalah penyebaran paham-paham keagamaan moderat. Tidak berhenti di situ, pemahaman ini harus terus-menerus diperkaya dengan kontekstualisasi situasi kekinian. “Lagi-lagi kebudayaan menjadi penting untuk mengiringi pemahaman ini,” tambahnya.

Ketiga, hal yang paling mendasar adalah upaya mengatasi kesenjangan sosial. Pemerintah harus serius dan bekerja keras untuk mengatasi masalah paling mendasar ini. “Sebab kesenjangan inilah ladang subur tumbuhnya paham-paham radikal,” tandas politisi asal Jawa Tengah ini.

Strategi terakhir, menurut Fadholi, adalah mengajak peran aktif masyarakat dalam mencegah tumbuhnya paham-paham yang merusak sendi persatuan dan kesatuan bangsa ini. Caranya adalah dengan melibatkan ormas-ormas keagamaan berpaham moderat.

“Berdasarakan pengalaman, apabila muncul pemahaman baru tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan ialah melaporkan kepada aparat kepolisian atau tokoh di lingkungan tersebut. Di sinilah pentingnya ormas-ormas keagamaan moderat,” tandasnya mengakhiri.**(rs)

Posting Komentar

Top