0
MEDAN | GLOBAL SUMUT-Pilkada Medan sudah di depan mata. Dua pasangan calon telah ditetapkan KPU Medan. Ramadhan Pohan dan Eddie Kesuma VS Dzulmi Eldin dan Ikhyar Nasution.

Masyarakat Kota Medan tentu belum kenal siapa saja dua pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan. Berikut ini mari kita kenal siapa sebenarnya sosok pasangan calon Wakil Walikota Medan Eddie Kesuma, yang merupakan politisi Partai Gerindra.

Sosok Eddie Kusuma adalah seorang aktivis masyarakat Tionghoa yang berkiprah dalam banyak sekali aktivitas sosial, budaya, pendidikan dan bahkan politik. Kiprah, pergaulan yang luas dan pemahamannya terhadap agama, meskipun ber-KTP Buddha tetapi pemahamannya terhadap Islam, Kristen dan Hindu sama baiknya, membuat ia gampang masuk di lingkungan manapun. Tidak heran, Eddie Kesuma dikenal sebagai sosok aktivis yang sangat menghargai pluralitas dan keberagaman.

a, pernah tercatat sebagai fungsionaris berbagai organisasi kepemudaan, kepramukaan, organisasi sosial kemasyarakatan dan bahkan organisasi politik. Telah aktif berorganisasi sejak masih duduk di bangku sekolah. Eddie Kesuma pernah terlibat secara aktif di KNPI, Karang Taruna, PGRI, Bakom PKB, Bakom Parsosmas, GPPI, Ismapi, Lions Club dan hingga kini masih aktif di sejumlah organisasi sosial dan pendidikan.

Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran dan alumni Lemhannas RI Angkatan XIV Tahun 2006 ini memiliki wawasan kebangsaan yang cukup luas dan sangat menghargai kesederajatan serta martabat kemanusiaan.

Keluasan pergaulannya membuatnya sangat disegani di manapun dia berada. Bahkan, tahun 2003 dalam sebuah acara budaya di rumah Bang Pitung di Marunda Jakarta Utara, ia dinobatkan menjadi "Anak Betawi" dan diberi nama Bang Eddie.

Bang Eddie sebelumnya juga didaulat dan dinobatkan menjadi warga Batak dalam sebuah acara adat di Medan. Pada acara "Margarajahon" yang berlangsung tahun 1997, setelah dipakaikan pakaian adat Batak dan diberi kain ulos, Eddie kemudian diberi marga "Panjaitan" sehingga nama lengkapnya menjadi Eddie Kusuma Panjaitan. Pemberian nama dan marga oleh dua etnis yang berbeda itu membuktikan bahwa predikat Bang Eddie sebagai tokoh “Lintas Batas” memang tidak bisa dibantah.

Eddie Kusuma benar-benar mendalami sosok "lintas batas" yang mungkin setara dengan Abdurahman Wahid maupun Franz Magnis Suseno. Tidak hanya dari lingkungan agamawan, suku, negarawan maupun LSM, ia dengan luwes masuk ke lingkungan tokoh-tokoh masyarakat di seluruh Indonesia. Semua itu tidak lepas dari perjuangan hidup pria kelahiran Medan, 24 April 1958.

Ditinggalkan sang ayah sejak masih berusia 6 tahun, Eddie Kusuma adalah potret sukses yang diraih berkat kerja keras dan doa yang tak pernah berhenti. Sejak berumur 8 tahun ia sudah terbiasa mengerjakan apa saja sesuai dengan kemampuannya. Semua pekerjaan pernah dilakoninya, mulai berjualan air untuk pedagang pasar ikan, membantu berjualan ikan, bekerja di toko kelontong di pasar pagi, membantu berjualan kue dan bakmi, menyemir sepatu, berjualan minuman di jalanan hingga bekerja di pabrik sepatu dan pabrik kue pernah dijalaninya.

Ia juga pernah bekerja sebagai guru les untuk anak-anak SMP hingga saat usianya mencapai 20 tahun dipercaya sebagai Wakil Kepala Sekolah SD di sebuah perguruan swasta di Medan. Setelah itu, ia menjadi Kepala Sekolah SD, Kepala SMP dan kemudian Kepala SMA. Ia juga mendapat kepercayaan menjadi koordinator kepala sekolah di Perguruan dan sekarang memiliki serta mengelola sekolah sendiri, Yayasan Perguruan Supriyadi di Medan dan Yayasan Pendidikan Chandra Kusuma Jakarta.

Eddie Kusuma juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Ia mengasahnya dengan selalu mengembangkan program ekstrakurikuler di bidang kepemimpinan dan Kepanduan (Pramuka). Ia sangat berkeyakinan bahwa program ekstrakurikuler tersebut mampu menggugah semangat kebangsaan.

Berkat program ekstrakurikuler itu, anak didiknya berhasil melakukan tour show kebudayaan hingga sampai ke Penang, Johor, Kuala Lumpur dan Singapura. Berkat dedikasinya tersebut Eddie, pada peringatan HUT Gerakan Pramuka yang ke-45 tahun 2006, dianugerahi Lencana "Enam Pancawarsa" oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka untuk pengabdiannya selama 30 tahun mengabdi dan membina Pramuka.

Saat ini, selain menjadi pengelola sejumlah lembaga pendidikan, minat Eddie dalam dunia pendidikan masih disalurkannya dengan menjadi dosen tidak tetap di beberapa PTS di Jakarta dan Medan.

Sedangkan kegemarannya berorganisasi dan membina generasi muda, juga masih tetap ia jalani melalui sejumlah organisasi sosial dan pengkajian yang ia pimpin dan dirikan.

Kini, di luar kesibukannya sebagai pengusaha dan pendidik, sebagai orang yang juga pernah terlibat di dunia jurnalistik, bang Eddie pun masih terus mengasah kemampuan intelektualitasnya dengan tetap menulis. Selain menulis artikel untuk sejumlah koran, iapun telah menulis sejumlah buku.

Di antara buku-bukunya yang telah diterbitkannya adalah; Etnis Tionghoa dalam Politik Indonesia sebelum dan sesudah Reformasi, Suku Tionghoa dalam masyarakat Majemuk Indonesia, Membangun Keutuhan Bangsa dengan Memperkokoh Ketahanan Nasional, Sekilas Catatan Pengalamanku Mengikuti KSA XIV Lemhannas RI, Membangun Jakarta, Lima Pilar Strategis Menuju Masa Depan, Imlek Nasional 2007 Indonesia Bersatu: 50 Tahun Hubungan RI- RRC, Seabad Kebangkitan Nasional: Ayo Bangkit Indonesia, Nyalakan Api Obor: Laporan Sosialisasi Bakal Wagub DKI dan John Lie: Pahlawan Nasional.

Atas dedikasi dan prestasinya selama ini, penghargaan Indonesian Improvement Award Kategori "The Best Improvement Figure" diterima oleh DR. Eddie Kusuma, SH, MA.

Catatan: Dari berbagai sumber

Posting Komentar

Top